CerpenGuru karya Putu Wijaya. Saat saya mencari-cari cerpen untuk dibaca, Jika berhasil menggapai mimpi yang kita punya, orang lain dengan sendirinya akan menyadari kemampuan kita. Menurut saya, cerpen Putu Wijaya ini merupakan cerpen yang patut diacungi jempol. Melalui cerpen ini ia menceritakan hal yang nyata adanya di kehidupan masyarakat.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Karya sastra adalah salah satu jenis karya seni yang mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan daya khayal seorang pengarang. Karya sastra sering kali menggunakan bahasa yang kreatif dan dipilih secara hati-hati untuk menciptakan efek emosional atau artistik pada pembacanya. Dengan melihat dan mendengarkan sebuah karya sastra yang indah, maka keindahan tersebut dapat menggetarkan sukma serta menimbulkan pandangan hati, seperti keharuan, kemesraan, dan kebencian bagi penikmatnya. Hasil dari karya sastra baik yang berupa puisi, prosa, maupun drama telah kita ketahui bersama bentuknya. Salah satu karya sastra prosa ialah drama. Drama merupakan salah satu genre sastra yang hidup dalam dunia, yaitu “Seni sastra dan seni pertunjukan atau teater”. Salah satu pementasan drama yang membuat hati penonton terpukau, yaitu drama “Trik” yang dipentaskan oleh DIK 4-A, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan dosen pembimbing yang mendampingi selama melakukan persiapan pementasan drama sampai hari pementasan tiba, yaitu Ibu Dr. Suci Sundusiah, Pementasan drama tersebut dilaksankan pada hari Kamis, 25 Mei 2023 di Gedung Amphiteater UPI. Drama “Trik” merupakan adaptasi cerita pendek “Trik” karya Putu Wijaya. Putu Wijaya merupakan sosok sastrawan yang hebat dengan segudang karya yang ia hasilkan. Naskah drama “Trik” ditulis oleh Hana Alifia Az Zahra dan Yusriyyah Rohadatul “Trik” menceritakan tentang sosok perempuan bernama Nyonya Baron yang ingin menjadi penguasa di suatu hunian. Konflik cerita ini bermula ketika Nyonya Baron mengundang Pak Amat selaku ketua RT dan istrinya Bu Amat untuk datang kerumahnya membicarakan suatu persoalan. Sementara itu, Taksu dan Katsu yang mengetahui hal tersebut menaruh rasa curiga kepada Pak Amat, Bu Amat, dan khususnya kepada Nyonya Baron. Mereka menduga bahwa ketiga orang tersebut sedang merencanakan hal buruk terhadap hunian mereka. Ternyata dugaan tersebut benar adanya. Selain ingin menitipkan sebuah kunci dan memberikan amplop yang berisi cek sebesar Rp kepada Pak Amat dan Bu Amat. Nyonya Baron juga menjelaskan bahwa ia ingin membangun sebuah proyek besar atau yang ia sebut dengan mega proyek di daerah tersebut yang nantinya akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat, setidaknya dapat meningkatkan derajat masyarakat hunian tersebut menjadi lebih baik. Setelah itu, konflik puncak terjadi seiring dengan adanya mega proyek yang direncanakan oleh Nyonya Baron lantas membuat masyarakat mulai merencanakan perlawanan dengan membakar rumah Nyonya Baron agar ia keluar dari hunian mereka. Adanya tarian yang dilakukan oleh penari di atas panggung pementasan menjadi representasi bahwa mereka membakar dan menghancurkan rumah Nyonya Baron hingga ludes terbakar. Pak Amat dan Bu Amat merasa kebingungan dan takut disalahkan atas terjadinya hal tersebut. Setelah mengetahui kejadian itu, Nyonya Baron mempertanyakan keberadaan kunci miliknya karena ia sangat khawatir jika kunci tersebut hilang dan ternyata kunci itu tidak hilang, Bu Amat lah yang menemukannya. Kemudian Nyonya Baron memberikan paper bag yang berisi amplop kepada Pak Amat dan Bu Amat yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat sebagai modal usaha. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Cerpen "Lelaki Sejati" karya Putu Wijaya. Tulisan ini tidak sengaja aku temukan saat sedang merapikan file-file dan dokumen yang mungkin sudah tidak diperlukan lagi. Beginilah cerita pendek yang berjudul "Lelaki Sejati" karya Putu Wijaya.
Putu Wijaya, begitu nama yang lebih sering didengar oleh telinga. Sastrawan Indonesia yang sudah berusia 76 tahun ini memiliki nama asli I Gusti Ngurah Taksu Wijaya. Ya, dari namanya sudah terlihat bahwa beliau berasal dari Bali. Lahir dan besar di Tabanan, Bali lebih tepatnya, Putu Wijaya sudah memiliki hobi membaca buku sejak kecil. Beliau sangat tertarik dalam dunia sastra. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, cerita pendek berjudul “Etsa” yang ditulisnya berhasil dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali. Beranjak ke Sekolah Menengah Atas, beliau mencoba hal baru yaitu mengikuti pementasan drama di Wijaya, sumber menyelesaikan SMA-nya di Bali, Putu Wijaya merantau ke Jogja, Kota Seni dan Budaya, untuk melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Ketertarikanya pada sastra dan seni yang dalam mendorong beliau untuk belajar seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia ASRI. Selain itu, beliau juga menyambi di Akademi Seni Drama dan Film ASDRAFI untuk menekuni seni drama. Tak hanya itu, di kota itu juga beliau turut ikut serta dalam Bengkel Teater yang diasuh oleh W. S. Rendra, seorang sastrawan yang namanya sudah besar di Indonesia. Putu Wijaya memutuskan untuk pergi ke Jakarta setelah mendapatkan gelar sarjana hukumnya pada tahun 1969. Di Jakarta, beliau bergabung dengan Teater Kecil dan Teater Populer sembari bekerja di majalah Tempo sebagai redaktur. Lama bekerja disana, Putu Wijaya mendirikan Teater Mandiri bersama rekan-rekan kerjanya pada tahun seorang sastrawan serta dramawan, Putu Wijaya sudah banyak mengeluarkan karya-karya yang tak terhitung novel dan naskah drama, ratusan esai, serta ribuan cerita pendek sudah ditulis Putu Wijaya sejak beliau masuk dalam dunia sastra. Beberapa novel yang telah beliau tulis antara lain Keok, Tiba-Tiba Malam, dan Dar Der Keok karya Putu Wijaya, sumber lupa beliau juga telah mementaskan puluhan teater di dalam maupun luar negeri. Salah satunya yaitu naskah Aum Roar yang dipentaskan di Madison, Connecticut, Amerika Serikat. Putu Wijaya juga tidak jarang ikut mementaskan naskah drama yang beliau tulis sendiri. Salah satunya yaitu naskah drama yang berjudul Lautan Bernyanyi pada tahun Guru, Karya Putu WijayaSaat saya mencari-cari cerpen untuk dibaca, saya berhenti pada satu cerpen berjudul Guru, karya Putu Wijaya. Mungkin bagi sebagian orang judul ini tidak menarik mata. Tapi, entah mengapa saya memutuskan untuk ini mengisahkan seorang bapak yang resah dan marah akan keinginan anaknya, Taksu. Bapak ini tidak senang bahwa Taksu bercita-cita menjadi guru. Menurutnya, guru merupakan pekerjaan yang tak memiliki masa depan, guru merupakan pekerjaan bagi orang yang gagal. Ia telah mencoba segala cara, seperti membelikan mobil untuk Taksu agar Taksu berubah pikiran untuk tidak bercita-cita sebagai guru lagi. Namun, usahanya gagal. Taksu tetap teguh bahwa ia ingin menjadi guru, tak peduli apa yang bapaknya katakan. Cerpen ini berakhir 10 tahun kemudian, sang bapak sudah tak lagi resah dan marah. Taksu telah menjadi guru. Guru bagi anak muda, bangsa dan negara karena telah menularkan etos selesai membaca cerpen "Guru" ini saya menyadari suatu hal. Bahwa di era sekarang, profesi guru masih kerap dipandang sebelah mata. Masih banyak orang seperti tokoh "bapak" pada cerpen Putu Wijaya ini dalam dunia nyata. Orang-orang yang menganggap bahwa guru bukanlah profesi yang patut cerpen ini saya dapat mengambil suatu pesan. Jika kita memiliki mimpi untuk masa depan kita, kita harus fokus terhadap mimpi tersebut dan menghiraukan segala perkataan negatif yang dilontarkan orang lain. Karena pada akhirnya, kita yang akan menjalani hidup kita sendiri, bukan mereka. Jika kita berhasil menggapai mimpi yang kita punya, orang lain dengan sendirinya akan menyadari kemampuan saya, cerpen Putu Wijaya ini merupakan cerpen yang patut diacungi jempol. Melalui cerpen ini beliau menceritakan hal yang nyata adanya di kehidupan masyarakat.
Cerpen Putu Wijaya. Sumber: Suara Pembaruan, Edisi 11/03/2002. Di hadapan sekitar tiga ratus mahasiswa di Hunter College, New York, Wayan harus bercerita tentang Bali. Claudia Orenstein, pengajar teater Asia di perguruan tinggi negeri itu, meminta Wayan tampil sekitar satu jam. "Boleh ngapain saja.
Cerpen Karya Putu Wijaya. Putu wijaya merupakan salah satu cerpenis terkemuka bangsa indonesia. Putu wijaya, begitu nama yang lebih sering didengar oleh telinga. Cerpen Guru karya Putu Wijaya from Dari namanya ini dapat diketahui bahwa ia berasal dari keturunan bangsawan. Di hadapan sekitar tiga ratus mahasiswa di hunter college, new york, wayan harus bercerita tentang bali. Ia lahir tanggal 11 april 1944 di puri anom, tabanan, bali. Terpesona, Karena Waktu Tak Mau Cerpen Keadilan Karya Putu Guru Karya Putu Wijaya.“Akhir Tahun Membawa Banyak Hal Yang Memandang Takjub Pada Anak Yang Di Luar Pengamatannya Sudah Menjadi Gadis Jelita Itu. Terpesona, Karena Waktu Tak Mau Menunggu. Jumlah itu bertambah hingga dua kali lipat, yaitu menjadi lebih dari cerpen pada tahun 2014. Memandangi koran, melahap foto doktor termuda indonesia i gusti ayu diah werdhi srikandi ws, 27 tahun, mataku tidak berkedip. Putu wijaya merupakan salah satu cerpenis terkemuka bangsa indonesia. Menganalisis Cerpen Keadilan Karya Putu Wijaya. Tapi biasanya, setelah datang, ternyata juga sama. “kalau aku masih muda, aku akan datang kepadamu dan langsung melamar.”. Sastrawan indonesia yang sudah berusia 76 tahun ini memiliki nama asli i gusti ngurah taksu wijaya. Cerpen Guru Karya Putu Wijaya. Analisis cerpen guru karya putu wijaya. Saya sebagai bapak menasehati taksu, namun ia tetap pada keinginannya menjadi seorang guru. Seorang pengusaha muda indonesia mestinya dia menjadi anggota hipmi mencoba merebut peluang dengan gayanya yang sangat khas. “Akhir Tahun Membawa Banyak Hal Yang Sama. Cerpen cintaku jauh di komodo* karya seno gumira ajidarma Nama lengkapnya adalah i gusti ngurah putu wijaya. Ini harga diri kita sebagai bangsa. Ia Memandang Takjub Pada Anak Yang Di Luar Pengamatannya Sudah Menjadi Gadis Jelita Itu. Cerpen karya putu wijaya pendet “ini bukan hanya masalah tari pendet. Putu wijaya, begitu nama yang lebih sering didengar oleh telinga. Ibu, lelaki sejati itu seperti apa?
Temayang di angkat dalam cerpen 2011 karya putu wijaya adalah harapan dan cita-cita di tahun yang akan datang. Hal tersebut dapat dilihat pada monolog tokoh utama dan dilihat dari segi percakapan aantar tokoh hingga akhir cerita. "AKHIR tahun membawa banyak hal yang sama. Jangan-jangan mimpi itu tidak sama, tapi berbeda, bahkan
83% found this document useful 24 votes84K views35 pagesDescriptionKumpulan Cerpen Putu WijayaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?83% found this document useful 24 votes84K views35 pagesKumpulan Cerpen Putu Wijaya You're Reading a Free Preview Pages 7 to 16 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 20 to 22 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 26 to 32 are not shown in this preview. Bomadalah kumpulan cerita pendek Putu Wijaya yang berisi 17 cerpen. Kalau Boleh Memilih Lagi ada dalam kumpulan ini. Cerpen-cerpen ini sebagian besar ditulis pada tahun 1978 dan beberapa tahun-tahun sebelumnya. Pertama kali diterbitkan Balai Pustaka tahun 1978. Dari pengalaman saya membaca sejumlah karya Putu Wijaya, saya justru belajar Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Putu Wijaya sudah tidak diragukan lagi dalam kazanah kesusastraan Indonesia. Karyanya banyak berkontribusi dalam bidang sastra. Puluhan novel, ribuan cerpen, dan esai sudah ia tulis mengisi ruang intelejensi. Putu Wijaya begitu getol dalam menulis, seakan tidak pernah kehabisan bensin. Tidak hanya piawai menulis, beliau juga begitu pandai melontarkan kritik. Hampir semua karya-karyanya berisi pesan sarat makna mengenai fenomena yang terjadi. Di usia senjanya kini, Putu masih tetap menulis. Produktivitas beliau tidak surut meski dalam kondisi sekian banyak karya Putu Wijaya, cerpennya yang berjudul Valentine dan Mayat menarik untuk dibaca. Karya Putu identik dengan kritik dan satir, serta memiliki corak “arus kesadaran” dan “absurd”. Bukan cerita yang jadi poin utama dalam setiap karya Putu, melainkan pesan yang hendak disampaikan. Cerita dalam karya Putu bisa dikatakan hanya sebagai perantara pesan moral tersebut. Cerpen Valentine’ dan Mayat’, selain ceritanya menarik, unsur pesannya pun begitu Valentine’ menceritakan seorang Pak Amat yang mengkiritik anaknya yang ikut-ikutan acara valentine. Pak Amat berpikir kalau itu bukan budayanya mereka. Setelahnya, Pak Amat pergi hendak cari makan dan bertemu dengan tukang sate langganannya. Tapi, tukang sate tersebut mengajak Pak Amat ke rumah Yuk Lee yang menggelar acara syukuran. Yuk Lee sendiri adalah seorang keturunan Tionghoa. Tidak terasa, Pak Amat larut dalam acara tersebut. Selain makan puas, Pak Amat pun mendapat amplop yang berisi uang. Setelah di rumah, Pak Amat justru memberi uang kepada anaknya untuk memberli baju untuk acara valentine, tapi semuanya sudah kadung terlambat. Dari ringkasan cerita di atas, terlihat bahwa sifat yang digambarkan pada Pak Amat adalah hipokrit. Pak Amat yang sedari awal mengkritik valentine, yang mengatakan itu bukan budaya mereka, justru malah berpartispasi dalam acara syukurannya Yuk Lee yang notabene seorang Tionghoa. Sikap munafik’ pada tokoh Pak Amat diceritakan dengan menggelitik. Bila dicermati, cerpen tersebut membuka arus kesadaran, bahwa sikap hipokrit itu ada pada setiap individu. Hipokrit juga sekiranya mengandung unsur kebohongan seperti misalnya saat makan dan dibayar oleh teman, tapi kita menolak karena merasa tidak enak. Padahal kalau tidak menolak, uang kita pasti masih utuh. Kadang hipokrit itu justru merugikan kita sendiri. Arus kesadaran terkandung dalam cerpen Valentine’, memperjelas kesadaran bahwa kita pun pernah bersikap seperti tokoh Pak Amat. Walaupun masih dalam skala kecil, tapi sifat dan sikap sepertinya itu memang murni dimiliki setiap orang. Pesannya adalah, boleh-boleh saja berlaku hipokrit, asal tidak ketahuan dan merugikan pihak dalam Karya Putu WijayaCiri Khas Putu Wijaya dalam karya-karyanya salah satunya adalah absurditas. Cerita absurd tergolong sulit diterima akal sehat. Hal-hal di luar nalar manusia kadang menjadi santapan empuk bagi Putu. Boleh dikatakan, lewat keabsurdan itu Putu lebih mudah menyampaikan pesan dalam ceritanya. Sekali lagi, dalam karya Putu, pesan yang utama, cerita nomor sekian. Seperti dalam cerpen berjudul Mayat’ yang memberi kesadaran kepada kita alangkah bijaknya kalau bisa Mayat’ menceritakan mayat yang bangkit dari kubur. Hendak membalaskan dendam kepada orang-orang yang hidup senang dengan memanfaatkannya. Ketika itu juga mayat tersebut datang ke kantor media dan menuliskan uneg-uneg di komputer. Lalu datang penjaga malam yang berjaga menghampiri mayat tersebut. Lalu mereka berdua bercerita tentang masing-masing, dan penjaga malam itu ternyata juga adalah mayat. Tetapi, kondisi penjaga malam itu lebih parah ketimbang mayat yang mengeluh itu. Penjaga malam itu malahan tidak mendapat tempat yang layak, dalam hal ini tidak dikubur sewajarnya. Lain halnya dengan mayat yang sudah dikubur dan mendapat tempat yang layak. Apalagi hal yang tidak bisa diterima mayat itu bahwa ada yang menderita daripadanya? Dari cerpen tersebut, pesan yang ingin disampaikan Putu adalah kita harus beryukur dengan apa yang sudah kita dapatkan. Walaupun dirasakan kurang, tapi ada yang masih berada di bawah kita. Jangan menutup mata dan pikiran akan kebenaran yang terjadi. Dunia bukan ajang untuk memamerkan kegelapan cara pandang. Di atas langit masih ada langit, jadi beryukurlah dengan apa yang sudah dimiliki. Tokoh mayat dijadikan ilustrasi sebagai alusi bahwa hal yang ada saat ini toh tidak dibawa sampai kedua cerpen karya Putu Wijaya ini tidak jauh dari pesan moral kita sebagai makhluk sosial. Manusia dengan individunya yang subjektif, kadang dituntut untuk bersikap objektif. Banyak dari manusia itu sendiri tidak menyadari apa yang telah dijalani, tapi menuntut ke sana ke mari seolah merasa tidak diadili. Begitu pun dengan sifat hipokrit kita yang kerap menimbulkan perselisihan dan beda pendapat. Kadang masalah pribadi dilibatkan ke orang lain seolah tidak ingin sendiri merasakan penderitaan. Cerpen Valentine jelas terlihat sikap Pak Amat yang bisa dibilang menelan ludahnya sendiri. Begitu pun cerpen Mayat yang membuka kesadaran bahwa masih ada yang lebih malang dari adalah makhluk yang tidak pernah puas. Selama masih punya pedal gas, pedal rem pun kadang dilupakan. Dua komponen vital yang mesti bersinergi dan berkesinambungan. Alangkah bijaknya kalau kita sebagai manusia tidak hanya berpikir bagaimana caranya maju, tetapi juga berhati-hati, dan tahu kapan harus berhenti. Lihat Cerpen Selengkapnya Maaf By admin at 17 October, 2010, 05:02. Pada hari raya Idul Fitri muncul tamu yang tak dikenal di rumahku. Aku pura-pura saja akrab, lalu menerimanya dengan ramah tamah. Terjadi percakapan. Mula-mula sangat seret, sebab aku sangat berhati-hati jangan sampai kedokku terbuka. Di samping itu, diam-diam aku berusaha keras untuk membongkar You're Reading a Free Preview Pages 7 to 9 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 13 to 23 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 31 to 46 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 51 to 55 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 60 to 63 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 68 to 80 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 85 to 87 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 94 is not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 98 to 101 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 105 to 119 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 127 to 141 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 146 is not shown in this preview. Masakdiam saja. Betul, kata Ami, sekarang baru tari-tarian, kalau kita diam saja, nanti kepala kita akan diambil!". "Jangan melebih-lebihkan begitu. Lagipula kita kan punya tetangga yang mantunya orang Malaysia. Kalau mereka dengar, anak kita marah-marah sama Malaysia, bisa-bisa mantunya tersinggung.".
Jakarta - Putu Wijaya adalah seorang penulis Indonesia, yang dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu tokoh sastra paling terkemuka di Indonesia. Ia dikenal sebagai penulis serba bisa. Selama menjadi penulis, ia telah mengeluarkan banyak karya, seperti drama, cerpen, esai, novel, dan juga skenario film, pelukis, dan bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya ini lahir pada 11 April 1944 di Tabanan, Bali. Sewaktu muda, Putu Wijaya mengenyam pendidikan dari sekolah rakyat hingga sekolah menengah atas di Bali. Pada masa remaja, Putu Wijaya sudah menunjukkan kegemarannya pada dunia sastra. Saat SMP, ia mulai menulis cerita pendek dan beberapa di antaranya dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali. Setelah lulus SMA, Putu Wijaya melanjutkan pendidikan tinggi di Yogyakarta. Dilansir dari Ensiklopedia Sastra Indonesia, ia melanjutkan studi di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada dan mendapat gelar sarjana hukum pada 28 Juni 1969. Selain itu, Putu Wijaya juga belajar di Akademi Seni Drama dan Film Asdrafi selama setahun pada tujuh tahun di Yogyakarta, Putu Wijaya pun pindah ke Jakarta. Mengutip buku Telegram 2011 karya Putu Wijaya, di Jakarta ia memulai karier sastranya saat menjadi jurnalis untuk Tempo dan Zaman. Karya Sastrawan Putu Wijaya Pada 1975, ia mengikuti International Writing Program di Iowa, Amerika Serikat. Kemudian pada 1985, Putu Wijaya berkesempatan bermain dalam Festival Teater Sedunia di Nancy, ia kembali mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan Festival Horizonte III di Berlin. Semenjak itu, karier Putu Wijaya dalam bidang drama kian melejit. Ia pun lebih dikenal sebagai penulis naskah drama. Selain itu, Putu Wijaya juga dikenal sebagai penulis novel yang memiliki aliran baru. Novel-novel yang karya Putu Wijaya bercorak kejiwaan dan filsafat. Corak itulah yang kemudian menjadi ciri dari tulisan Putu Wijaya. Selain menulis naskah drama dan novel, Putu Wijaya juga menulis beberapa cerita pendek cerpen. Dilansir dari laman Alumni UGM, penulis karya sastra ini telah menerbitkan banyak karya terkenal dan bahkan, diadaptasi ke beberapa bahasa lain seperti Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand. I Gusti Ngurah Putu Wijaya juga dikenal sebagai inspirasi di industri teater tanah air. Berbagai macam karya legendaris Putu Wijaya telah membawa perubahan bagi bangsa, menjadikannya panutan di dunia teater. Karya Putu WijayaIklan Dirangkum dari berbagai sumber, berikut karya-karya Putu Teater Admin R YMI 2012-sekarang Skenario Film Bayang-Bayang Kelabu 1979 Sepasang Merpati 1979Perawan Desa 1980 Dr Karmila 1981 Kembang Kembangan 1985 Ramadhan dan Ramona 1992 Skenario Sinetron Dukun Palsu 1995 Nostalgia 2000 Bukan Impian Semusim 2003 Drama Dalam Cahaya Bulan 1966 Lautan Bernyanyi 1967 Bila Malam Bertambah Malam 1970 Invalid 1974 Tak Sampai Tiga Bulan 1974 Anu 1974 Aduh 1975 Dag-Dig-Dug 1976 Gerr 1986 Edan 1988 Hum-Pim-Pah 1992 Novel Bila Malam Bertambah Malam 1971 Telegram 1972 Stasiun 1977 Pabrik 1976 Keok 1978 Byar Pet Pustaka Firdaus, 1995 Kroco Pustaka Firdaus, 1995 Dar Der Dor Grasindo, 1996 Aus Grasindo, 1996 Sobat 1981 Tiba-Tiba Malam 1977 Pol 1987 Terror 1991 Merdeka 1994 Perang 1992 Lima 1992 Nol 1992 Dang Dut 1992 Cas-Cis-Cus 1995 Cerpen Es Campur 1980 Gres 1982 Protes 1994 Darah 1995 Yel 1995 Blok 1994 Zig Zag 1996 Tidak 1999 Peradilan Rakyat 2006 Keadilan 2012 Penghargaan Pemenang penulisan lakon Depsos Yogyakarta Pemenang penulisan puisi Suluh Indonesia Bali Pemenang penulisan novel IKAPI Pemenang penulisan drama BPTNI Pemenang penulisan drama Safari Pemenang penulisan cerita film Deppen 1977 Tiga buah Piala Citra untuk penulisan skenario 1980, 1985, 1992 Tiga kali pemenang sayembara penulisan novel DKJ Empat kali pemenang sayembara penulisan lakon DKJ Pemenang penulisan esai DKJ Dua kali pemenang penulisan novel Femina Dua kali pemenang penulisan cerpen Femina Pemenang penulisan cerpen Kartini Hadiah buku terbaik Depdikbud Yel Pemenang sinetron komedi FSI 1995 SEA Write Award 1980 di Bangkok Pemenang penulisan esai Kompas Anugerah Seni dari Menteri P&K, Dr Fuad Hasan 1991 Penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto, Jepang 1991-1992 Anugerah Seni dari Gubernur Bali 1993 Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan Presiden RI 2004 Penghargaan Achmad Bakrie 2007 Penghargaan Akademi Jakarta 2009M. RIZQI AKBARBaca 78 Tahun Putu Wijaya, Jurnalis yang Besar di Panggung TeaterSelalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari di kanal Telegram “ Update”. Klik untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
BiografiTokoh. 1. Putu Wijaya. Putu Wijaya yang kita kenal sebagai sastrawan mempunyai nama yang cukup panjang yaitu I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Dari namanya itu dapat diketahui bahwa ia berasal dari Bali. Putu Wijaya memang dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan kegemarannya
vzyF3T.
  • xrmr69anmq.pages.dev/389
  • xrmr69anmq.pages.dev/290
  • xrmr69anmq.pages.dev/449
  • xrmr69anmq.pages.dev/74
  • xrmr69anmq.pages.dev/328
  • xrmr69anmq.pages.dev/220
  • xrmr69anmq.pages.dev/58
  • xrmr69anmq.pages.dev/153
  • cerpen mimpi karya putu wijaya