Saudaraku Sifat-sifat wajib bagi Allah yang berjumlah 20 terbagi kepada 4 bagian, yaitu sifat nafsiyyah, salbiyyah ma’ani dan ma’nawiyyah. Habib Usman bin yahya dalam kitabnya sifat 20 juga menyebutkan hal ini, bahkan beliau membuat gambarannya agar lebih mudah dimengerti, sifat ma’ani yang tersebut terbagi kepada 7 sifat : qudrat
PARBOABOA - Mengenal dan memahami sifat mustahil bagi Allah SWT dengan baik, merupakan cara yang bijak untuk meningkatkan iman kepada sang pencipta. Sifat mustahil bagi Allah artinya adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki Allah dan tidak layak disandarkan pada keagungan dan kekuasaan Allah. Allah tidak terikat oleh batasan-batasan yang mengikat manusia atau ciptaan-Nya yang lain. Dia Maha Esa untuk melakukan apa pun yang Dia kehendaki. Menurut Ilmu Tauhid, sifat mustahil bagi Allah merupakan sifat-sifat yang bertentangan atau sama sekali sifat yang tidak dimiliki oleh Allah. Hal tersebut termaktub dalam surah Al-A’raf ayat 54, yang berbunyi اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ Artinya “Sungguh, Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. Dia ciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. QS. Al-A’raf54 Dari ayat tersebut, dapat kita maknai bahwa sebagai umat muslim yang beriman dan bertakwa, sudah seharusnya mempercayai bahwa Allah tidak mempunyai sifat-sifat buruk. Sifat Allah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil dan sifat jaiz Allah. Mengetahui sifat-sifat Allah adalah salah satu bentuk ketaatan kita sebagai umatnya, atas kebesaran Allah. Dan juga memercayai segala sifat-sifat Allah merupakan rukun iman yang pertama. Lantas, apa yang dimaksud sifat mustahil bagi allah? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini. Pengertian Sifat Mustahil Bagi Allah Pengertian Sifat Mustahil Allah Foto Parboaboa/Ratni Dalam teologi Islam, terdapat konsep sifat-sifat Allah yang dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu sifat wajib dan mustahil bagi Allah. Sifat wajib adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh Allah SWT. Sifat-sifat ini mencerminkan kesempurnaan dan kebaikan-Nya. Beberapa contoh sifat wajib Allah adalah keesaan tawhid, keabadian qidam, kekuasaan qudrah, pengetahuan ilmu, dan kasih sayang rahmah. Sifat mustahil, di sisi lain adalah sifat-sifat buruk, kelemahan, atau ketidakmungkinan yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah. Allah adalah sempurna dan murni dari segala kelemahan atau keburukan. Beberapa contoh sifat mustahil Allah adalah ketidaktahuan mutlak jahalah, kelemahan za'f, ketidakberdayaan 'ajz, dan ketidakadilan zulm. Konsep sifat-sifat Allah ini penting dalam Islam karena memberikan pemahaman tentang keagungan dan kesempurnaan-Nya. Sifat-sifat ini juga membantu umat muslim dalam mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan Allah dan memahami peran-Nya dalam kehidupan mereka bagi Allah. 20 Sifat Mustahil Bagi Allah Beserta Artinya 20 Sifat Mustahil Allah Foto Parboaboa/Ratni Berikut ini adalah 20 sifat mustahil bagi allah dan artinya yang dikutip dari buku Asmaul Husna & 20 Sifat Allah, yaitu 1. Adam ﻋﺪﻡ Sifat mustahil bagi Allah yang pertama adalah adam. Adam artinya tidak ada. Allah mustahil bersifat adam karena Allah tidak mungkin tidak ada. Semua yang ada di muka bumi ini merupakan ciptaan Allah dan mustahil jika Allah tidak ada. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah surah An Nahl ayat 3 خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ ۚ تَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ Bacaan Latin "Khalaqas-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqq, ta'ālā 'ammā yusyrikụn." Artinya "Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan," QS. An-Nahl 3. 2. Hudus ﺣﺪﻭﺙ Hudus artinya baru. Sebab, Allah sudah ada sebelum semua makhluk dan ciptaan-Nya ada. Allah bersifat qidam atau terdahulu. Ayat yang menerangkan bahwa Allah bersifat terdahulu sudah tercantum dalam QS Al-Hadid ayat 3 هُوَٱلْأَوَّلُ وَٱلْءَاخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ Bacaan Latin "Huwal-awwalu wal-ākhiru waẓ-ẓāhiru wal-bāṭin, wa huwa bikulli syai`in 'alīm." Artinya "Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu," QS. Al-Hadid 3. 3. Fana ﻓﻨﺎﺀ Fana artinya tidak kekal. Fana juga diartikan binasa atau rusak. Allah memiliki sifat kekal dan abadi. Allah tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Firman Allah tentang sifat kekalnya tertuang dalam surah Ar-Rahman ayat 27 وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ Bacaan Latin "Wa yabqā waj-hu rabbika żul-jalāli wal-ikrām." Artinya "Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal," QS. Ar-Rahman 27. 4. Mummassalatu lil Hawadis ﻣﻤﺎﺛﻠﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ Mummassalatu lil Hawadis artinya Allah serupa dengan makhluk. Sifat ini juga merupakan sifat mstahil bagi Allah. Allah mustahil seperti dengan makhluknya. Allah berbeda dengan makhluknya, baik zat, sifat, ataupun perbuatannya. Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surah Al Ikhlas ayat 4 وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ Bacaan Latin "Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad." Artinya "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia," QS. Al-Ikhlas 4. 5. Qiyamuhu Bighairihi ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ Qiyamuhu Bighairihi yakni berdiri dengan yang lain atau membutuhkan orang lain. Allah tidak membutuhkan bantuan sesuatu apapun serta berdiri sendiri atau qiyamuhu binafsihi. Allah Maha Sempurna, hal ini tercantum dalam firman Allah surah Ankabut ayat 6 وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفْسِهِۦٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ Bacaan Latin "Wa man jāhada fa innamā yujāhidu linafsih, innallāha laganiyyun 'anil-'ālamīn." Artinya "Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah 6. Ta'addud ﺗﻌﺪﺩ Dalam bahasa Arab, ta'addud artinya berbilang. Sifat ini tidak mungkin dimiliki Allah karena Allah Maha Esa atau tunggal. Dalam surah Al Ikhlas Allah berfirman قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُٱلصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ Bacaan Latin "Qul huwallāhu aḥad, Allāhuṣ-ṣamad, Lam yalid wa lam yụlad, Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad." Artinya Katakanlah "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia," QS. Al-Ikhlas ayat 1-4. 7. Ajzun ﻋﺟﺰ Ajzun artinya lemah. Ini juga merupakan sifat mustahil bagi Allah. Allah tidak lemah dan tidak akan ada alam semesta beserta isinya jika Allah lemah. Hal ini telah tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 20 Firman Allah ini dituangkan dalam surah Al-Baqarah ayat 20 يَكَادُٱلْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَٰرَهُمْ ۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوْا۟ فِيهِ وَإِذَآ أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا۟ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ Bacaan Latin "Yakaadul barqu yakhtafu absaarahum kullamaaa adaaa'a lahum mashaw fiihi wa izaaa azlama 'alaihim qoomuu; wa law shaaa'al laahu lazahaba bisam'ihim wa absaarihim; innal laaha 'alaa kulli shai'in Qadiir." Artinya "Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu," QS. Al-Baqarah 20. 8. Karahah ﻛﺮﺍﻫﻪ Karahah artinya terpaksa. Sifat ini juga termasuk dalam sifat mustahil bagi Allah. Allah tidak terpaksa dalam melaksanakan apa yan Dia kehendaki, hal ini tertuang dalam surah Al-Buruj ayat 16. فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ Bacaan Latin "Fa' 'aalul limaa yuriid." Artinya "Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki," QS. Al-Buruj 16. 9. Jahlun ﺟﻬﻞ Sifat mustahil bagi Allah selanjutnya adalah jahlun. Jahlun adalah sebutan lain dari kata bodoh. Mustahil bagi Allah bersifat jahlun, sebab Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada d alam semesta. Tidak ada makhluk yang bersembunyi dari Allah, hal ini telah tercantum dalam surah Al-Hujurat ayat 18. إِنَّٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ Bacaan Latin "Innal laaha ya'lamu ghaibas samaawaati wal ard; wallaahu basiirum bimaa ta'maluun." Artinya "Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan," QS. Al-Hujurat 18. 10. Mautun ﺍﻟﻤﻮﺕ Mautun yang berarti mati. Allah tidak akan pernah mati dan akan selalu hidup serta kekal. Sifat mautun telahtertuang dalam surah Al-Furqan ayat 58 وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا Bacaan Latin "Wa tawakkal 'alal Haiyil lazii laa yamuutu wa sabbih bihamdih; wa kafaa bihii bizunuubi 'ibaadihii khabiiraa." Artinya "Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya," QS. Al-Furqan 58. 20 Sifat Mustahil Allah Foto Parboaboa/Ratni 11. Shamamun ﺍﻟﺻمم Shamamun adalah tuli. Ini merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah Maha Mendengar. Tidak ada yang luput dari pendengarannya. Tidak mungkin Allah tidak mendengar walau hanya sedikit pun. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 127 إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُٱلْعَلِيمُ Bacaan Latin ".....innaka Antas Samii'ul Aliim." Artinya ".....Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui," QS. Al-Baqarah 127. 12. Umyun ﺍﻟﻌﻤﻲ Umyun berarti buta. Allah tidak buta, Allah Maha Melihat. Karena Allah melihat segala yang tampak dan segala yang tersembunyi. Tidak ada sesuatu apapun yang luput dari penglihatan-Nya. Allah berfirman إِنَّٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ Bacaan Latin "Innal laaha ya'lamu ghaibas samaawaati wal ard; wallaahu basiirum bimaa ta'maluun." Artinya "Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan," QS. Al-Hujurat 18. 13. Bukmun ﻟﺑﻜﻢ Bukmun artinya bisu. Ini merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah bersifat kalam artinya beriman. Jika Allah bisu, tidak mungkin Allah menurunkan wahyu kepada para nabi. وَكَلَّمَٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا Bacaan Latin "....wa kallamallaahu Muusaa takliimaa." Artinya "....Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung," QS. An-Nisa 164. 14. Kaunuhu 'Ajizan ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ Ajizan artinya yang lemah. Allah mustahil bersifat ini, sebab Allah Maha Berkuasa. Mustahil jika Allah itu lemah. Segala sesuatu yang terjadi itu atas kehendak dan kekuasaan Allah. Allah pun tidak memerlukan bantuan siapa pun. 15. Kaunuhu Karihan ﻛﻮﻧﻪ مكرها Sifat mustahil bagi Allah selanjutnya adalah kaunuhu karihan yang artinya maha terpaksa. Tidak mungkin Allah bersifat ini karena Allah Maha Berkehendak. Semua yang ada di alam semesta ini terjadi atas 16. Kaunuhu Jahilun ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ Jahilun berarti maha bodoh. Ini merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah Maha Mengetahui. Semua ilmu itu bersumber pada Allah Swt. 17. Kaunuhu Mayyitan ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ Mayyitan artinya mati. Hal ini juga termasuk dalam sifat mustahil bagi Allah SWT. Padahal Allah kekal abadi dan tidak ada awal maupun akhir. Allah tidak akan pernah mati. Bahkan, Allah itu tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa. Allah pun tidak pernah merasa lelah. Jadi, mustahil Allah bersifat mayyitun. 18. Kaunuhu Asshama ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ Asshama artinya yang maha tuli. Allah itu Maha Mendengar bahkan yang paling tersembunyi sekalipun. Allah mendengar apa yang tidak kita dengar. Allah tidak mungkin bersifat maha tuli. 19. Kaunuhu 'Ama ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ Sifat mustahil bagi Allah selanjutnya adalah ama atau maha buta. Sebab, Allah Maha Melihat. Allah melihat semua ciptaan-Nya tanpa terkecuali. Allah pun dapat melihat apayang tersembunyi di dalam hati. 20. Kaunuhu Abkama ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ Abkama artinya maha bisu. Allah mustahil mempunyai sifat abkama. Allah itu justru mempunyai sifat mutakalliman atau Maha Berfirman. Jika Allah bisu, tidaklah mungkin ada kitab yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul. Itulah sifat mustahil bagi Allah. Semoga dengan mengetahui sifat-sifat tersebut akan semakin mendekatkan kita kepada Sang Pencipta dan menambah keimanan dan ketakwaan.
UmatMuslim percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam Al-Quran merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya." Sama’ (Mendengar) dan mustahil Allah bersifat shumam (tuli). “ Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ” — (Al Baqarah 2:256)
Learn Quick Notes List Sifat Allah SWT Kalam Allah Bersifat Kalam Allah Bersifat Kalam Maksud Allah bersifat Kalam Allah Maha Berkata-kata tanpa memerlukan alat, bantuan dan perantaraan. Cara Allah berkata-berkata tidak serupa sama sekali dengan makhluk. Kita wajib beriman bahwa Allah bersifat Kalam. Dalil Naqli Surah An-Nisaa Ayat 164 Dalil Aqli Allah memiliki segala sifat kesempurnaan dan kemuliaan. Oleh itu, amatlah mustahil bagi Allah bersifat kekurangan seperti tidak dapat berkata-kata. Kesan meyakini Allah bersifat Kalam Mengakui kebesaran dan keagungan Allah Menjadikan Al-Quran sebagai pegangan dalam kehidupan Beramal dengan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya Dikasihi dan dirahmati Allah Rumusan Kalam Allah tidak dapat dijangkau oleh akal fimmiran manusia. Kita wajib beriman dengan sifat Kalam Allah dan mentaati perintah Allah serta meninggalkan larangan-Nya. The views expressed in the notes here are those of the contributor and don’t necessarily represent the views of pandai. Chapter Akidah Topic Sifat Allah SWT Kalam Year 6 Pendidikan Islam View all notes for Pendidikan Islam Year 6 Related notes Allah Bersifat Sama' Allah Bersifat Basar Tilawah Surah Asy-Syarh Tilawah Surah Ad-Duha Hafazan Surah Asy-Syarh Hafazan Surah Ad-Duha Kefahaman Surah Al-Ma'un Riddah Hindari Rasuah Ibadah Puasa Pada Bulan Ramadan Report this note
Allahmemiliki sifat wajib Hayat yang artinya hidup, dan Allah mustahil memiliki sifat maut yang artinya mati atau binasa. Allah adalah Maha sempurna, dimana Ia mampu hidup dengan dzat-Nya sendiri, dan tidak ada satupun yang menghidupkan-Nya. 11. Sifat Wajib Sama', Sifat Mustahil Shummum Allah memiliki sifat wajib Sama' yang artinya mendengar, dan Dia
- Sifat-sifat Allah SWT terbagi menjadi tiga, yakni sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz. Pengertian Sifat-sifat Allah Sifat wajib adalah sifat yang pasti dimiliki Allah SWT. Sifat mustahil adalah sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada Allah, sifat-sifat ini terdiri merupakan lawan dari sifat-sifat wajib. Sifat Jaiz bagi Allah hanya ada satu sifat yaitu bebasnya Allah berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Jaiz artinya yang boleh, jadi Allah boleh bebas melakukan sesuatu dan boleh juga tidak berbuat sesuatu Fi’lu kulu mumkin au tarkuhu. Dikutip laman NU Online, dalam ranah keimanan terhadap Allah secara umum, setiap umat muslim wajib meyakini sifat wajib, mustahil, dan jaiz Mustahil Allah Sifat mustahil Allah merupakan kebalikan dari sifat wajib Allah. Sifat mustahil Allah artinya tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT. Sifat wajib bagi Allah itu ada 20 sifat. Dengan demikian, sifat mustahil bagi Allah pun ada 20 sifat. Berikut ini penjelasannya dikutip dari modul Pendidikan Agama Islam kelas III dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud 1. AdamAdam artinya tidak ada. Allah mustahil bersifat adam. Allah tidak mungkin tidak ada. Segala sesuatu yang ada di alam semestaini merupakan ciptaan Allah. Tidak mungkin alam semesta ini ada jika Allah tidak ada. Dengan demikian, Allah mustahil bersifat adam. Firman Allah SWT خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ بِالۡحَـقِّؕ تَعٰلٰى عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ Khalaqas samaawaati wal arda bilhaqq; Ta'aalaa 'ammaa yushrikuunArtinya "Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan". QS. An-Nahl 3 2. HudusHudus artinya baru. Allah mustahil bersifat hudus, yakni Allah itu ada sebelum semua makhluk dan ciptaan-Nya ada. Allah itubersifat terdahulu atau qidam. Tidak mungkin alam semesta ini ada jika tidak ada yang menciptakan. Mengenai ayat Al-Qur'an yang menerangkan Allah itu bersifat terdahulu terdapat pada surah berikut ini هُوَ الۡاَوَّلُ وَالۡاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالۡبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ Huwal Awwalu wal'Aakhiru waz Zaahiru wal Baatinu wa huwa bikulli shai'in AliimArtinya "Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu". QS. Al-Hadid 3 3. FanaFana artinya tidak kekal. Fana juga dapat diartikan binasa atau rusak. Allah mustahil mempunyai sifat fana. Allah itu kekal danabadi. Allah tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Allah ada selama-lamanya. Allah berfirman surah berikut ini وَّيَبۡقٰى وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو الۡجَلٰلِ وَالۡاِكۡرَامِۚ Wa yabqoo wajhu rabbika zul jalaali wal ikraamArtinya "Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal." QS. Ar-Rahman 27 4. Mumassalatu lil HawadisMumassalatu lil Hawadis artinya Allah serupa dengan makhluk. Allah mustahil serupa dengan makhluknya. Allah itu berbeda dengan makhluknya, baik zat, sifat, ataupun perbuatannya. Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah. Firman Allah SWT وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Wa lam yakul-lahu kufuwan ahadArtinya "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia". QS. Al-Ikhlas 4 5. Muhtajun LigairihiMuhtajun Ligairihi artinya berdiri dengan yang lain atau membutuhkan yang lain. Allah itu tidak membutuhkan bantuan sesuatu apapun. Allah itu berdiri sendiri atau qiyamuhu binafsihi. Allah itu Maha Sempurna dan Maha Berdiri Sendiri. Allah SWT berfirman وَمَنۡ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفۡسِهٖؕ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَنِىٌّ عَنِ الۡعٰلَمِيۡنَ Wa man jaahada fainnamaa yujaahidu linafsih; innal laaha laghaniyyun 'anil 'aalamiinArtinya "Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam". QS. Al-Ankabut 6 6. TaaddudTaaddud artinya berbilang. Allah mustahil bersifat taaddud. Allah itu tidak berbilang. Allah itu esa atau tunggal. Dengan keesaan-Nya inilah Allah tidak memerlukan pertolongan dari siapapun dan apapun. 7. AjzunAjzun artinya lemah. Allah mustahil bersifat ajzun. Allah itu berkuasa atau qudrat. Allah tidak mungkin mempunyai sifat lemah meskipun hanya sedikit. Tidaklah mungkin ada alam semesta beserta isinya jika Allah itu lemah. Mengenai sifat kekuasaan Allah tersebut terdapat dalam surah berikut يَكَادُ الۡبَرۡقُ يَخۡطَفُ اَبۡصَارَهُمۡؕ كُلَّمَاۤ اَضَآءَ لَهُمۡ مَّشَوۡا فِيۡهِ وَاِذَاۤ اَظۡلَمَ عَلَيۡهِمۡ قَامُوۡاؕ وَلَوۡ شَآءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمۡعِهِمۡ وَاَبۡصَارِهِمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ Yakaadul barqu yakhtafu absaarahum kullamaaa adaaa'a lahum mashaw fiihi wa izaaa azlama 'alaihim qoomuu; wa law shaaa'al laahu lazahaba bisam'ihim wa absaarihim; innal laaha 'alaa kulli shai'in QadiirArtinya "Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu". QS. Al-Baqarah 20 8. KarahahKarahah artinya terpaksa. Allah mustahil bersifat karahah. Allah itu bersifat berkehendak atau iradat. Allah tidak terpaksa dalam melaksanakan apa yang Dia kehendaki. Allah berfirman فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيۡدُ Fa' 'aalul limaa yuriidArtinya "Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki". QS. Al-Buruj 16 9. JahlunJahlun artinya bodoh. Allah mustahil mempunyai sifat bodoh. Sebaliknya, Allah itu penguasa ilmu. Allah itu Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Tidak ada yang dapat bersembunyi dari Allah. Allah berfirman dalam surah berikut ini اِنَّ اللّٰهَ يَعۡلَمُ غَيۡبَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِؕ وَاللّٰهُ بَصِيۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ Innal laaha ya'lamu ghaibas samaawaati wal ard; wallaahu basiirum bimaa ta'maluunArtinya "Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". QS. Al-Hujurat 18 10. MautunMautun artinya mati. Allah mustahil bersifat mautun. Allah itu bersifat hayat atau hidup. Allah tidak akan pernah mati. Allah akan selalu hidup. Hidup Allah bersifat kekal. Dengan demikian sangat tidak mungkin Allah bersifat mautun atau mati. Allah SWT berfirman وَتَوَكَّلۡ عَلَى الۡحَـىِّ الَّذِىۡ لَا يَمُوۡتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهٖ ؕ وَكَفٰى بِهٖ بِذُنُوۡبِ عِبَادِهٖ خَبِيۡرَ ا Wa tawakkal 'alal Haiyil lazii laa yamuutu wa sabbih bihamdih; wa kafaa bihii bizunuubi 'ibaadihii khabiiraaArtinya "Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya". QS. Al-Furqan 58 11. SummunSummun artinya tuli. Allah mustahil bersifat summun. Allah itu Maha Mendengar. Allah mendengar segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Tidak ada yang luput dari pendengarannya. Tidak mungkin Allah tidak mendengar walau hanya sedikit pun. Allah berfirman dalam surah berikut ini ؕ اِنَّكَ اَنۡتَ السَّمِيۡعُ الۡعَلِيۡمُ... .....innaka Antas Samii'ul AliimArtinya "......Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui". QS. Al-Baqarah 127 12. UmyunUmyun artinya buta. Allah mustahil bersifat umyun. Allah itu tidaklah buta, Allah bersifat basar atau melihat. Allah maha melihat. Allah melihat segala yang nampak dan segala yang tersembunyi. Tidak ada sesuatu apapun yang luput dari penglihatan-Nya. اِنَّ اللّٰهَ يَعۡلَمُ غَيۡبَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِؕ وَاللّٰهُ بَصِيۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ Innal laaha ya'lamu ghaibas samaawaati wal ard; wallaahu basiirum bimaa ta'maluunArtinya "Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". QS. Al-Hujurat 18 13. BukmunBukmun artinya bisu. Mustahil Allah bersifat bisu. Sebaliknya, Allah mempunyai sifat kalam yang artinya beriman. Jika Allah bisu, tidak mungkin Allah menurunkan wahyu kepada para nabi. Firman Allah SWT وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوۡسٰى تَكۡلِيۡمًا..... ....wa kallamallaahu Muusaa takliimaaArtinya "....Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung". QS. An-Nisa 164 14. AjzanAjzan artinya yang lemah. Allah mustahil bersifat ajzan. Allah itu Maha berkuasa. Tidak mungkin Allah itu lemah. Segala sesuatu yang terjadi itu atas kehendak dan kekuasaan Allah. Allah pun tidak memerlukan bantuan siapapun. Jadi, Allah mustahil bersifat KarihanKarihan artinya yang maha terpaksa. Allah tidaklah mungkin bersifat karihan karena Allah itu Maha Berkehendak. Semua yang ada di alam semesta ini terjadi atas kehendak Allah. Allah tidak merasa terpaksa melakukannya. 16. JahilunJahilun artinya yang maha bodoh. Allah tidak mungkin bersifat jahilun. Allah itu Maha Mengetahui, semua ilmu itu bersumber pada Allah Swt. 17. MayyitunMayyitun artinya yang maha mati. Allah itu hidup kekal abadi, tidak ada awal dan tidak ada akhir. Allah tidak akan pernah mati. Bahkan, Allah itu tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa. Allah pun tidak pernah merasa lelah. Jadi, mustahil Allah bersifat AsammaAsamma artinya yang maha tuli. Allah itu Maha Mendengar bahkan yang paling tersembunyi sekalipun. Allah mendengar apa yang tidak kita dengar. Allah tidak mungkin bersifat maha tuli. 19. AmaA'ma artinya maha buta. Allah tidak mungkin bersifat a'ma. Allah itu Maha Melihat. Allah melihat semua ciptaan-Nya tanpa terkecuali. Allah pun dapat melihat apa yang tersembunyi di dalam hati. 20. AbkamaAbkama artinya maha bisu. Allah mustahil mempunyai sifat abkama. Allah itu justru mempunyai sifat mutakalliman atau Maha Berfirman. Jika Allah bisu, tidaklah mungkin ada kitab yang diwahyukan kepada para Nabi dan juga Mengenal 20 Sifat Wajib Allah Makna dan Pengelompokannya Sifat Wajib Allah Qudrat & Iradat Arti, Maknanya Bagi Umat Islam Sifat Allah Qiyamuhu Binafsihi dan Wahdaniyah Arti serta Maknanya - Pendidikan Penulis Dhita KoesnoEditor Iswara N Raditya
Tabelsifat sifat Allah SWT Sifat Wajib Sifat Mustahil Sifat Jaiz 1 Wujud ada 2 from AA 1
Di antara sifat Allah Ta’ala yang diyakini dan ditetapkan oleh ahlus sunnah adalah sifat kalam Maha berbicara. Ahlus sunnah bersepakat ijma’ untuk menetapkan sifat kalam bagi Allah Ta’ala sesuai dengan petunjuk dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yang dimaksud dengan sifat kalam adalah bahwa Allah Ta’ala berbicara kapan saja yang Allah kehendaki, dengan bahasa apa saja yang Allah kehendaki, dengan topik apa saja yang Allah kehendaki, dengan siapa saja yang Allah kehendaki dari makhluk-Nya baik malaikat, rasul-Nya, atau yang lain, serta dengan huruf dan suara yang bisa didengar oleh Juga Ternyata Orang Musyrik Zaman Dahulu Lebih Paham Makna Kalimat TauhidDalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat kalam ini telah kami bahas secara cukup detail di tulisan kami sebelumnya [1, 2]. Demikian pula nukilan dari para ulama ahlus sunnah tentang aqidah mereka dalam masalah kalam Allah Ta’ala [3]. Sehingga fokus tulisan kali ini adalah untuk menekankan kembali apa yang dimaksud dengan kalam Allah menurut aqidah ahlus pengertian sifat kalam Allah menurut aqidah ahlus sunnahDalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam masalah iniKutipan dari perkataan para ulama ahlus sunnah yang menjelaskan dua pengertian sifat kalam ini Sifat kalam Allah kalamullah yang diyakini dan ditetapkan oleh ahlus sunnah mengandung dua pengertian, yaituPertama, sifat kalam dengan pengertian “sebagai lawan dari bisu”. Allah Ta’ala itu Maha berbicara dalam arti Allah Ta’ala bukan Dzat yang bisu. Allah Ta’ala Maha berbicara sejak dahulu tanpa awal azali, bukan seperti manusia makhluk yang baru bisa berbicara setelah sebelumnya ketika masih bayi tidak bisa berbicara. Jadi, Allah Ta’ala Maha berbicara sejak dahulu tanpa awal dan terus-menerus Maha berbicara tanpa kata lain, sifat kalam dengan pengertian semacam ini termasuk sifat dzatiyyah, karena Allah Ta’ala terus-menerus bersifat dengan sifat tersebut sejak dulu tanpa awal azali dan seterusnya tanpa akhir abadi.Kalam dengan pengertian pertama ini disebut juga dengan “jinsul kalaam” atau “nau’ul kalaam”.Baca Juga Apakah Akan Sia-Sia Ibadah Tanpa Tauhid?Ke dua, sifat berbicara dengan pengertian “sebagai lawan dari diam”. Allah Ta’ala itu Maha berbicara dalam arti tidak diam. Allah Ta’ala berbicara kapan saja Allah Ta’ala kehendaki, dengan bahasa apa saja yang Allah Ta’ala kehendaki, dengan topik apa saja yang Allah Ta’ala kehendaki, dan dengan siapa saja yang Allah Ta’ala kehendaki dari makhluk-Nya. Kapan Allah Ta’ala berbicara dengan Musa alaihis salaam? Yaitu ketika Allah Ta’ala berkehendak untuk berbicara dengan Musa alaihis salaam. Dan sebelum Musa alaihis salaam itu ada, Allah Ta’ala tidak berbicara dengan Musa alaihis salaam. Jadi, kalam Allah Ta’ala dengan pengertian ke dua ini adalah sesuatu yang baru muhdats, tidak qadim. Karena Allah Ta’ala berbicara dengan topik tertentu misalnya, berbicara dengan kalimat A setelah sebelumnya tidak Ta’ala berfirman,وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ“Dan ketika Musa datang untuk munajat dengan kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman secara langsung kepadanya.” QS. Al-A’raf [7] 143Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala mengatakan bahwa Dia berbicara kepada Musa alaihis salaam dengan isi pembicaraan tertentu ketika Musa alaihis salaam datang pada waktu yang telah kata lain, sifat kalam dengan pengertian semacam ini termasuk sifat fi’liyyah, karena perbuatan Allah Ta’ala berupa berbicara tersebut tergantung dengan kehendak masyi’ah Allah Ta’ala. Jika Allah Ta’ala berkehendak, Allah Ta’ala berbicara. Dan jika Allah Ta’ala tidak berkehendak, maka Allah Ta’ala tidak dengan pengertian ke dua ini disebut juga dengan “afraadul kalaam” atau “ahaadul kalaam”.Aqidah ahlus sunnah tentang kalam Allah adalah “qadiimun nau’; haaditsul ahaad”Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa aqidah ahlus sunnah dalam masalah kalam Allah adalah bahwa kalam Allah itu “qadiimun nau’; haaditsul ahaad”. Yang dimaksud dengan qadiimun nau’ qadiim artinya dulu tanpa awal; dan nau’ artinya jenis artinya, Allah Ta’ala itu Maha berbicara dalam arti tidak bisu, dan Allah Ta’ala sejak dahulu tanpa awal itu Maha berbicara. Dan seterusnya tanpa akhir, Allah Ta’ala tidak bisu. Sifat kalam Allah bukanlah sifat yang baru bagi Allah Ta’ala, tidak sebagaimana sifat berbicara makhluk manusia, yang baru bisa berbicara setelah usia tertentu dan sebelumnya tidak bisa berbicara. Tidak pernah ada suatu fase di mana Allah Ta’ala itu menjadi Dzat yang bisu. Sehingga dalam aqidah ahlus sunnah terdapat istilah, “Jinsu kalaamillah qaddimun.” Jenis kalam Allah [yaitu lawan dari bisu] adalah qadiim.]Sedangkan yang dimaksud dengan haaditsul ahaad haadits artinya perkara baru; ahaad kurang lebih artinya satuan kalam adalah masing-masing firman kalimat yang diucapkan atau difirmankan oleh Allah Ta’ala adalah perkara yang baru. Karena Allah Ta’ala itu baru berbicara tidak diam setelah Allah Ta’ala menghendaki untuk berbicara dengan topik tertentu dan dengan siapa saja yang Allah Ta’ala kehendaki dari makhluk-Nya. Apakah Allah Ta’ala hendak berbicara langsung dengan makhluk-Nya seperti peristiwa dengan Nabi Musa alahis salaam atau melalui perantaraan Jibril alahis salaam, semua tergantung pada kehendak Allah Ta’ Juga Tauhid, Kunci Kejayaan Umat IslamUntuk memudahkan pembahasan berikutnya, haaditsul ahaad dalam tulisan ini kami terjemahkan dengan “satuan kalam”.Sehingga dalam aqidah ahlus sunnah terdapat istilah, “Afraadu kalaamillah haditsun.” Satuan kalam Allah adalah perkara yang baru. Yang dimaksud dengan “baru” adalah satuan kalam Allah itu dulu tidak ada, sekarang ada, dan setelahnya tidak lebih memudahkan pemahaman, kami contohkan dengan firman Allah Ta’ala kepada Musa alahis salaam,وَإِذْ نَادَىٰ رَبُّكَ مُوسَىٰ أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa dengan firman-Nya, “Datangilah kaum yang zalim itu.” QS. Asy-Syu’ara’ [25] 10Berdasarkan ayat di atas, kapankah Allah Ta’ala mengucapkan kepada Musa yang artinya, “Datangilah kaum yang zalim itu?”Allah Ta’ala baru mengatakan yang artinya “Datangilah kaum yang zalim itu?” tentu setelah ada Musa. Sebelum ada Musa atau sebelum Musa diciptakan, Allah Ta’ala tidak mengatakannya. Dan setelah itu, Allah Ta’ala pun tidak Allah Ta’ala yang artinya, “Datangilah kaum yang zalim itu?” inilah yang kami maksud dengan afraadul kalaam atau ahaadul kalaam. Dan dalam aqidah ahlus sunnah –sekali lagi- afraadul kalaam satuan kalam adalah perkara yang baru muhdats, tidak lain untuk memudahkan pemahaman haaditsul ahaad adalah firman Allah Ta’ala berupa kitab suci yang diturunkan kepada para Rasul. Yaitu, Allah Ta’ala berfirman dan menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa alaihis salaam. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman lagi dan menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa alaihis salaam. Dan setelah itu, Allah Ta’ala pun berfirman lagi dan menurunkan kitab suci Al-Qur’am kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka firman Allah berupa Taurat, Injil, dan Al-Qur’an masing-masing adalah satuan kalam Allah yang baru Allah Ta’ala firmankan ketika Allah Ta’ala Juga Panglima Khalid bin Walid Diganti Karena Kemaslahatan TauhidDalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam masalah iniAllah Ta’ala berfirman,مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ“Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru diturunkan dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main.” QS. Al-Anbiya’ [21] 2Di ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ إِلَّا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ“Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru maksudnya Al-Qur’an dari Tuhan yang Maha pemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.” QS. Asy-Syu’ara’ [26] 5Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi hafidzahullahu Ta’ala berkata,فقوله “محدث” صريح في حدوث آحاد كلام الله ، ولا يفهم من ذلك أن تحل الحوادث في ذات الرب؛ لأن كلام الله لا يماثل كلام المخلوقين، إنما كلام المخلوقين هو الذي يلزم منه الحدوث في ذواتهم، أما كلام الرب فلا يماثل كلام المخلوقين“Firman Allah Ta’ala محدث yang baru tegas menunjukkan bahwa satuan kalam Allah yang Allah Ta’ala firmankan adalah perkara yang baru. Namun tidak dipahami dari hal ini bahwa ada perkara yang baru yang menyatu dalam Dzat Allah Ta’ala. Hal ini karena kalam Allah itu tidak semisal dengan kalam makhluk-Nya. Hanya ucapan makhluk yang berkonsekuensi terjadinya sesuatu yang baru dalam dzat mereka. Adapun kalam Allah, maka tidak semisal dengan kalam makhluk.” Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah, 1 90Dalil lain yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah Ta’ala,قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan halnya kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.” QS. Al-Mujadilah [58] 1Baca Juga Kebodohan Kita terhadap Makna Kalimat TauhidSyaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi hafidzahullahu Ta’ala berkata,الله -تعالى- أخبر عن سماعه لكلام المجادلة بلفظ الماضي “سمع” وهذا يدل على أن المجادلة والجدال الذي حصل كان قبل نزول الآية. ثم نزلت الآية بعد المجادلة فدل هذا على نزول الآية، وأن الرب تكلم في هذه الآية بعد حصول الحادثة، وهي المجادلة “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia mendengar ucapan wanita yang mengajukan gugatan dengan kata kerja bentuk lampau fi’il madhi سمع telah mendengar, pent.. Hal ini menunjukkan bahwa gugatan dan perdebatan tersebut terjadi sebelum turunnya ayat. Kemudian turunlah ayat tersebut setelah gugatan terjadi. Turunnya ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala baru berbicara sebagaimana dalam ayat ini setelah terjadinya sesuatu yang baru, yaitu adanya gugatan.” Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah, 1 90Dalil lainnya adalah firman Allah Ta’ala,وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu Adam, lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam”.” QS. Al-A’raf [7] 11Kata “kemudian” menunjukkan adanya urutan kejadian waktu. Maka penciptaan dan pembentukan Adam alaihis salaam itu terjadi terlebih dahulu, barulah Allah Ta’ala berfirman kepada malaikat yang artinya, “Sujudlah kamu kepada Adam.”Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa afraadul kalaam yaitu firman Allah Ta’ala yang artinya, “Sujudlah kamu kepada Adam” adalah perkara yang baru. Karena sebelum Adam alaihis salaam diciptakan, Allah Ta’ala tidak dalil dari hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Khalid radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Pada masa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, hujan turun, maka beliau bersabda, أَلَمْ تَسْمَعُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمُ اللَّيْلَةَ؟ قَالَ مَا أَنْعَمْتُ عَلَى عِبَادِي مِنْ نِعْمَةٍ إِلَّا أَصْبَحَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ بِهَا كَافِرِينَ، يَقُولُونَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَأَمَّا مَنْ آمَنَ بِي وَحَمِدَنِي عَلَى سُقْيَايَ فَذَاكَ الَّذِي آمَنَ بِي وَكَفَرَ بِالْكَوْكَبِ، وَمَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَاكَ الَّذِي كَفَرَ بِي وَآمَنَ بِالْكَوْكَبِ“Apakah kalian tidak mendengar perkataan Rabb kalian tadi malam? Dia berfirman, “Tidaklah Aku menganugerahkan suatu nikmat kepada hamba-hamba-Ku. melainkan sebagian mereka ada yang kufur dengan nikmat tersebut. Mereka berkata, “Kami diberi hujan dengan sebab bintang ini dan itu.” Sedangkan orang yang beriman kepada-Ku, dia memuji-Ku karena air yang Aku turunkan, maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan orang yang berkata, “Kami diberi hujan dengan sebab bintang ini dan itu” adalah orang yang kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang”.” HR. Bukhari no. 846, Muslim no. 71, Abu Dawud no. 3906 dan An-Nasa’i no. 1525Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ceritakan firman Allah Ta’ala yang Allah Ta’ala firmankan tadi malam. Artinya, sebelumnya Allah tidak mengatakannya, demikian pula di pagi harinya Allah Ta’ala tidak mengatakannya. Dalil-dalil dalam masalah ini sebetulnya banyak sekali, namun kami cukupkan dengan menyebutkan empat ayat dan satu hadits di atas Juga Pembagian Tauhid Menjadi Tiga, Ide Siapa?Kutipan dari perkataan para ulama ahlus sunnah yang menjelaskan dua pengertian sifat kalam ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala berkata,وَكَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ عِنْدَ سَلَفِ الْأُمَّةِ وَأَئِمَّتِهَا وَهُوَ أَيْضًا يَتَكَلَّمُ بِمَشِيئَتِهِ وَقُدْرَتِهِ عِنْدَهُمْ لَمْ يَزَلْ مُتَكَلِّمًا إذَا شَاءَ فَهُوَ قَدِيمُ النَّوْعِ“Kalam Allah itu bukan makhluk, menurut para ulama salaf. Allah Ta’ala berbicara sesuai dengan kehendak dan kekuasaan-Nya. Menurut salaf, Allah Ta’ala terus-menerus berbicara jika Allah Ta’ala kehendaki, itulah qadiimun nau’.”Majmu’ Fataawa, 12 577Di kesempatan yang lain, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala berkata ketika menjelaskan aqidah berbagai kelompok dalam masalah kalam Allah,وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ هُوَ يَقَعُ بِمَشِيئَتِهِ وَقُدْرَتِهِ شَيْئًا فَشَيْئًا لَكِنَّهُ لَمْ يَزَلْ مُتَّصِفًا بِهِ، فَهُوَ حَادِثُ الْآحَادِ قَدِيمُ النَّوْعِ، كَمَا يَقُولُ ذَلِكَ مِنْ يَقُولُهُ مِنْ أَئِمَّةِ أَصْحَابِ الْحَدِيثِ وَغَيْرِهِمْ مِنْ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ“Di antara mereka ada yang mengatakan, kalam Allah itu terjadi karena kehendak dan kekuasaan-Nya, satu demi satu. Meskipun demikian, Allah Ta’ala terus-menerus bersifat dengan sifat kalam. Maka kalam Allah itu haaditsul ahaad, qadiimun nau’. Hal ini sebagaimana perkataan para ulama ahli hadits dan selain mereka dari para ulama madzhab Syafi’i dan Ahmad.” Majmu’ Fataawa, 12 577Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin rahimahullahu Ta’ala berkata,وعند أهل السنة أن كلام الله قديم النوع، متجدد الآحاد، ومعنى كونه قديم النوع أن جنسه قديم، فالله تعالى متصف في الأزل بكونه متكلما، فإن الله بجميع صفاته ليس بحادث، ولكنه لا يزال يتجدد ويحدث له كلام إذا شاء، وصفة الكلام من الصفات الفعلية الملازمة للذات متى شاء“Menurut aqidah ahlus sunnah, kalam Allah itu qadim secara jenis jinsul kalaam, adapun satuan kalam Allah itu baru. Yang dimaksud dengan qadim secara jenis adalah jenisnya itu qadim, karena Allah Ta’ala memiliki sifat Maha berbicara sejak dahulu tanpa awal. Sesungguhnya Allah Ta’ala dengan seluruh sifat-sifat-Nya bukanlah perkara yang baru. Akan tetapi, berbicaranya Allah Ta’ala itu perkara yang baru, yaitu ketika Allah Ta’ala berkehendak untuk berbicara. Sehingga sifat kalam termasuk sifat fi’liyyah yang berkaitan dengan Dzat-Nya kapan saja Allah Ta’ala kehendaki.” At-Ta’liqaat ala Matni Lum’atil I’tiqaad, 1 89Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin rahimahullahu Ta’ala juga berkata,كذلك نقول الله تعالى متكلم في الأزل ويتكلم إذا شاء، ليس معناه أنه تكلم أزلاً ثم انقطع كلامه، بل كلام الله قديم النوع حادث الآحاد“Demikian pula kami katakan, Allah Ta’ala Maha berbicara sejak azali, dan Allah Ta’ala berbicara ketika Allah Ta’ala menghendakinya. Bukanlah maknanya bahwa Allah Ta’ala berbicara pada zaman azali, kemudian berhenti berbicara secara total. Akan tetapi, kalam Allah itu qadiimun nau’ haaditsul ahaad.” Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah, 11 19Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan rahimahullahu Ta’ala berkata,وكلامُه قديمُ النّوع حادثُ الآحاد، بمعنى أنّ نوع كلامه سبحانه قديم بقدمه سبحانه، ليس له بداية كسائر أفعاله، وحادث الآحاد بمعنى أنه يتكلّم إذا شاء سبحانه وتعالى“Kalam Allah itu qadiimun nau’ dan haaditsul ahaad. Maksudnya, secara jenis, kalam Allah Ta’ala itu qadim sesuai dengan qadimnya Allah Ta’ala, tidak ada awal permulaannya sebagaimana seluruh perbuatan-perbuatan-Nya. Adapun yang dimaksud dengan haadtsul ahaad adalah bahwa Allah Ta’ala itu baru berbicara ketika Allah Ta’ala berkehendak.” I’aanatul Mustafiid, 2 273Baca Juga[Bersambung]***Jogjakarta, 11 Ramadhan 1440/16 Mei 2019Penulis M. Saifudin HakimArtikel kaki[1] Sifat Kalam antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asy’ariyyah Bag. 1[2] Sifat Kalam antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asy’ariyyah Bag. 2[3] Sifat Kalam antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asy’ariyyah Bag. 3
MakaAllah SWT adalah Dzat yang bersifat Wujud (Ada), Qadim (tidak ada permulaan-Nya), Kekal, dan berbeda dengan makhluk secara mutlak. yakni mustahil Allah SWT sama dengan makhluk-Nya. yakni bahwa mustahil Allah SWT itu buta. 13. Kalam (Berfirman) Allah SWT Maha berfirman, namun firman Allah SWt tidak sama seperti
Pada materi ini akan dibahas mengenai sifat-sifat Allah dari sifat-sifat mustahil yang tidak dimiliki Allah, sifat jaiz, hingga sifat-sifat wajib Allah. Sebelum masuk pada pembahasan itu, perlu kita ketahui terlebih dahulu mengenai Allah, apa arti kata Allah. Menurut Toshihiko Izutsu yang dikutip oleh Sangkot Sirait dalam bukunya yang berjudul “Tauhid dan Pembelajarannya”, arti kata Allah adalah kata fokus tertinggi dalam sistem al-Qur’an, yang nilai penting dan kedudukannya tidak ada yang melebihinya. Siapakah Allah? Allah adalah asma Tuhan yang berhak disembah. Selain Allah, tidak ada Tuhan yang patut disembah. Demikianlah penegasan ajaran Islam sebagaimana yang wajib dilafalkan oleh setiap muslim, yang dikenal dalam dua kalimah syahadah, “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah; saya bersaksi pula bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.” Secara global Allah itu bersifat dengan segala macam sifat-sifat kesempurnaan. Karena itulah yang sesuai dengan ke Tuhanan-Nya. Mustahil ia mempunyai sifat-sifat kekurangan. Yang mempunyai sifat kekurangan bukanlah Tuhan. Pengertian Sifat-Sifat Allah Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan kepada sifat wajib. Sifat wajib Allah terbagi menjadi empat bagian yaitu Nafsiah Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah ini hanya ada satu, yaitu Wujud ada. Salbiah Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat salbiyah ini ada lima, yaitu Qidam dahulu Baqa’kekal Mukhalafatul lil-hawadis berbeda dengan yang baru Qiyamuhu bi nafsihi berdiri sendiri Wahdaniyah keesaan Ma’ani Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu Qudrah berkuasa Iradat berkehendak llmu mengetahui Hayat hidup Sama’ mendengar Basar melihat Kalam berbicara Ma’nawiah Sifat Ma’nawiyah adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu Qadiran Maha berkuasa Muridan Maha berkehendak Aliman Maha mengetahui Hayyan Maha hidup Sami’an Maha mendengar Basiran Maha melihat Mutakalliman Maha berbicara Sifat wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah. Berikut dibawah ini adalah sifat-sifat allah yang wajib Wujud Ada Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Dalil Aqli sifat Wujud Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya. Dalil Naqli sifat Wujud “Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari”. QS. AS sajdah [32]4 Qidam Terdahulu Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan. Dalil aqli sifat Qidam Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara qodim dan hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits yang membuat mislanya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah seterusnya. Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul peristiwa berantau, dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur peristiwa berputar. Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil, maka Allah wajib bersifat Qidam. Dalil Naqli sifat Qidam “Dialah yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin”. QS. Al-Hadid [57]3 Baqa’Kekal Allah Akan Kekal dan Abadi Selamanya, Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan Dalil Aqli sifat Baqa’ Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam. Dalil Naqli Sifat Baqa’. “Tiap sesuatu akan binasa lenyap kecuali Dzat-nya”. QS. Qoshos [28]88 Mukhalafatuhu Lilhawadith berbeda dengan Ciptaannya/Makhluknya Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan- Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain. Dalil Aqli sifat mukhalafah lil hawadits Apabila diperkirakan Allah menyamai sekalian makhluknya, niscaya Allah dalah baru Hadits, sedangkan Allah baru adalah mustahil Dalil Naqli sifat mukhalafah lil hawadits “Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia, dan dia-lah yang maha mendengar lagi maha melihat”. QS. Asy-Syuro [42]11 Qiyamuhu Binafsihi Allah Berdiri Sendiri Artinya Bahwa Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun. Dalil Aqli sifat Qiyamuhu Binafsihi Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya. Dan apabila Allah “Sifat” adalah mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak akan disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti apabila Allah tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah Bathil, dan batal pula sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada dzat. Apabila batal butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya istighnanya Allah dari dzat. Seandainya Allah membutuhkan sang pncipta, niscaya Allah baru Hadts, sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang baru sedangkan dzat qodim tidak membutuhkannya. Dan mustahil Allah Hadits, karena segala sesuatu yang hadits harus membutuhkan sang pencipta mujid yang kelanjutannya akan mengakibatkan daur atau tasalul. Dalil Naqli Sifat Qiamuhu Binafsihi “Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya tidak memerlukan sesuatu dari alam semesta”. QS. Al Ankabut [29]6 Wahdaniyyah Tunggal/Esa Artinya adalah Bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya. Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang. Dalil Naqli “Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak”. QS. Al Anbiya [21]22 Qudrat Berkuasa Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. Dalil Aqli sifat Qudrot Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemahAjzun, dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun. Dalil Naqli sifat Qudrot “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. QS. Al- Baqarah [2]20 Iradah berkehendak Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas. Dalil Aqli sifat Irodat. Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seasndainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa karohah, dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akanberakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun. Dalil Naqli sifat Irodat. “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki”. QS. Hud[50]107 Ilmu Mengetahui Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?. Dalil Aqli sifat Ilmu Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun. Dalil Naqli sifat Ilmu “Dan dia maha mengetahui segala sesuatu”. Hadid [57]3 atau QS. Al Baqaroh [2]29 Hayat Hidup Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya. Contohnya Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak. Dalil Aqli sifat hayat Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta. Dalil Naqli sifat Hayat Firman Allah “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati”. QS. Al- Furqon [25]58 Sama’ Mendengar Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu. DALIL ”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … QS Al Maidah 76 Basar Melihat Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak jauh atau dekat dan tidak dapat dihalangi oleh dinding tipis atau tebal. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT. DALIL ”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … al-Baqarah 265 Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati- hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Kalam Berbicara / Berfirman Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan panca indra, seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. DALIL ”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas” QS AnNisa’ 164 Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. Qadirun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan DALIL “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“ QS. Al Baqarah 20. Muridun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu. Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia. DALIL “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … QS. Hud 107 Alimun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu. Mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. DALIL “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … QS. An Nisa’ 176 Hayyun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup. Allah adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. DALIL “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“ QS. Al Furqon 58 Sami’un Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar. Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya. DALIL “Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … QS. Al Baqoroh 256. Basirun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap- tiap yang Maujudat Benda yang ada . Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik. DALIL “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … QS. Al Hujurat 18 Kaunuhu Mutakallimun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt. Sifat-Sifat Mustahil bagi Allah Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang Tidak Mungkin ada pada Allah Swt. Sifat Mustahil Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat Wajib Allah Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah swt. Adam, artinya tiada bisa mati Huduth, artinya baharu bisa di perbaharui Fana’, artinya binasa tidak kekal/mati Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain ada kerjasama Ta’addud, artinya berbilang – bilang lebih dari satu Ajz, artinya lemah tidak kuat Karahah, artinya terpaksa bisa di paksa Jahl, artinya jahil bodoh Maut, artinya mati bisa mati Syamam, artinya tuli Umy, artinya buta Bukm, artinya bisu Kaunuhu Ajizan, artinya lemah dalam keadaannya Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa dalam keadaannya Kaunuhu Jahilan, artinya jahil dalam keadaannya Kaunuhu Mayyitan, artinya mati dalam keadaannya Kaunuhu Asam, artinya tuli dalam keadaannya Kaunuhu A’ma, artinya buta dalam keadaannya Kaunuhu Abkam, artinya bisu dalam keadaannya Sifat Jaiz Bagi Allah Swt Sifat Jaiz bagi Allah artinya boleh bagi Allah Swt mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut juga sebagai “mumkin”. Mumkin ialah sesuatu yang boleh ada dan tiada. Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt menciptakan segala sesuatu, yakni dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga, sebab Allah Swt bersifat Qudrat kuasa dan Iradath kehendak, juga boleh – boleh saja bagi Allah Swt meniadakan akan segala sesuatu apapun yang ia mau. Untuk Mempelajari Ilmu Tauhid Ini, Kita Harus Mencari Guru yang Baik secara Keilmuan dan juga Pengamalan dalam kehidupannya sehari hari, dan lebih utama adalah seorang guru yang memiliki sanad sampai dengan ke Bagian Rasullulah SAW, karena guru yang seperti ini akan sulit didapatkan, kuncinya adalah seorang guru yang bisa mengubah diri jasad dan diri keruhanian kita sendiri dalam pengamalan kehidupan sehari hari. Baca Juga Niat Mandi Wajib Sifat Wajib Dan Mustahil Bagi Nabi Dan Rasul Pengertian Akhlak Nama Nama Hari Akhir Kiamat Tentang Shalat Pengertian, Rukun Shalat, Manfaat Dan Makna DAFTAR PUSTAKA Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1996, Qowa’idul Mutsla, yogyakarta media hidayah Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, 2006, Cara Mudah Memahami Aqidah, Jakarta Pustaka At-Tazkia. Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1995, Syarah Lum’atul I’tiqad, yogyakarta Media Hidayah. As-Segaf, Alawi bin Abdul Qadir, 2001, Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-sifat Allah dalam Alquran dan As-sunnah, JakartaPustaka Azzam. Drs. H. Masan AF, 2009, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11, Semarang Karya Toha Putra. Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
Daftar20 sifat mustahil bagi allah swt: Segala hal yang ada di muka bumi ini merupakan ciptaan allah, dan mustahil jika allah tidak ada. Dengan mengetahui sifat wajib bagi allah, semoga ibadah dan perbuatan kita bisa lebih baik (as) temukan tempat baru untuk ngumpul online di ngumpar. ‘Adam, Artinya Tiada (Bisa Mati) 2. Kaunuhu ashamma = zat
loading...Umat muslim perlu memahami 20 sifat wajib dan mustahil bagi Allah supaya tauhidnya makin mantap. Foto/dok pristiwa Bagi umat muslim yang ingin memantapkan tauhidnya perlu mengetahui 20 sifat wajib dan sifat mustahil bagi Allah. Adapun sifat mustahil adalah kebalikan dari sifat memiliki Asmaul Husna nama-nama yang baik dan indah, Allah 'Azza wa Jalla juga memiliki sifat-sifat yang wajib diketahui. Sedikitnya ada 20 sifat-sifat wajib dan sifat mustahil bagi Allah, yaitu1. Sifat Wajib Wujud, Sifat Mustahil AdamSifat mustahil bagi Allah adalah adam atau tidak ada. Sebab Allah memiliki sifat wujud yang berari ada dengan zat-Nya sendiri, dan Allah ada bukan karena ada yang mengadakan atau yang menciptakan. Hal itu terlihat dari berabgai bukti. Salah satunya dengan memperhatikan langit dan bumi yang kita pijak, dimana alam semesta beserta isinya itu ada karena ada yang menciptakan, dan itu adalah Allah Ta' Sifat Wajib Qidam, Sifat Mustahil Hudus Sifat mustahil bagi Allah yang kedua adalah kebalikan dari sifat wajib Qadam yang artinya zat yang terdahulu. Sedangkan untuk sifat mustahilnya adalah hudus yang artinya baru. Sebagai pencipta, Allah tentu saja ada terlebih dahulu daripada apa yang Ia ciptakan, seperti alam semesta beserta isinya. Dan tidak ada permulaan bagi Allah, karena Dia adalah Sang Maha Sifat Wajib Baqa, Sifat Mustahil Fana Allah memiliki sifat baqa' yang berarti kekal, sedangkan sifat mustahil bagi-Nya adalah fana yang artinya binasa atau akan berakhir. Artinya bahwa kekekalan yang dimiliki oleh Allah sebagai pencipta langit dan bumi tidak akan pernah berakhir atau berkesudahan. 4. Sifat Wajib Mukhalafatuhu lilhawadits, Sifat Mustahil Mumatsalatuhu lilhawadits Mukhalafatuhu lilhawadits merupakan sifat wajib bagi Allah ini memiliki arti bahwa Allah berbeda dengan ciptaan-Nya. Sedangkan sifat mustahilnya adalah Mumatsalatuhu lilhawadits yang berarti serupa dengan Sifat Wajib Qiyamuhu Binafsihi, Sifat Mustahil Ihtiyaju lighairihiSifat wajib bagi Allah selanjutnya adalah Qiyamuhu Binafsihi yang artinya berdiri sendiri. Allah itu ada dengan sendirinya tanpa ada yang mengadakan atau menciptakan. Selain itu, dalam menciptakan makhluk-makhluk-Nya, Allah tidak membutuhkan bantuan dari makhluk Sifat Wajib Wahdaniyat, Sifat Mustahil Ta’addudWahdaniyat merupakan sifat wajib bagi Allah yang artinya Esa atau tunggal, baik itu dalam hal sifat, Dzat, maupun perbuatannya. Dan jika Allah itu ada yang menyamai atau lebih dari satu, maka alam semesta ini akan hancur, karena tentu saja akan terjadi berbagai perbedaan diantara keduan-Nya. Itulah sifat mustahil Ta'addud7. Sifat Wajib Qudrat, Sifat Mustahil Ajzun Qudrat merupakan sifat wajib bagi Allah yang memiliki arti berkuasa, maksudnya adalah bahwa Allah memiliki kekuasaan yang mutlak atas segala sesuatu tanpa ada batasan, jadi apabila Allah telah berkehendak, maka tidak ada satupun yang dapat Sifat Wajib Iradat, Sifat Mustahil KarahahAllah memiliki sifat Iradat yang artinya berkehendak, sedangkan kebalikannya yang merupakan sifat mustahil bagi allah adalah Karahah yang berarti terpaksa tidak berkemauan. 9. Sifat Wajib Ilmun, Sifat Mustahil Jahlun Ilmun merupakan sifat wajib bagi allah yang artinya adalah mengetahui, dan Allah mustahil memiliki sifat Jahlun yang artinya bodoh. Kamna dari sifat Allah Ilmun adalah bahwasannya pengetahuan yang dimiliki oleh-Nya adalah tidak terbatas dan tidak pula Sifat wajib Hayat, Sifat Mustahil Maut Allah memiliki sifat wajib Hayat yang artinya hidup, dan Allah mustahil memiliki sifat maut yang artinya mati atau binasa. Allah adalah Maha sempurna, dimana Ia mampu hidup dengan dzat-Nya sendiri, dan tidak ada satupun yang Sifat Wajib Sama', Sifat Mustahil Shummum Allah memiliki sifat wajib Sama' yang artinya mendengar, dan Dia mustahil memiliki sifat Shummum yang berarti tuli atau tidak Sifat Wajib Basar, Sifat Mustahil UmyunSifat wajib bagi allah yang selanjutnya adalah Basar yang berarti melihat, dimana Allah mampu melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik kecil maupun besar, baik tampak maupun tidak tampak. Dan penglihatan Allah tidaklah terbatas maupun dapat dibatasi oleh sesuatu pun. Dan sebagai sifat mustahil bagi Allah adalah umyun yang artinya Sifat Wajib Kalam, Sifat Mustahil BukmunAllah memiliki sifat Kalam yang begitu sempurna, sehingga Allah mampu berbicara tanpa harus menggunakan bantuan dalam bentuk apapun. Sifat Kalam Allah terbukti dengan firman-firman-Nya dalam kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya kepada para sifat mustahil bagi Allah sebagai kebalikan dari sifat wajib kalam adalah bukmun yang berarti bisu. Jika saja allah bisu, tidak akan mungkin para utusan beliau mampu mengerti, memahami, serta mengamalkan apa yang Ia perintahkan dan menjauhi segala Sifat Wajib Qadiron, Sifat Mustahil Ajizan Allah itu tidaklah lemah. Dia adalah penguasa atas seluruh makhluk dan ciptaan-Nya secara mutlak. Inilah yang dimaksud dengn sifat wajib bagi Allah Qadiron yang artinya berkuasa. Dan Allah tidaklah memiliki sifat mustahil Ajizun yang artinya bahwa Allah itu Sifat Wajib Muriidan, Sifat Mustahil Mukrahan Allah merupakan Dzat yang Maha berkehendak atas segala sesuatu, dan apabila Allah telah berkehendak, maka yang dikehendaki-Nya tersebut pastilah akan terlaksana. Inilah yang dimaksudkan dengan sifat wajib bagi Allah Muriidan yang memiliki arti berkehendak. Adapun sifat mustahil-Nya adalah mukrahan yang berarti terpaksa atau tidak dapat Sifat Wajib Aliman, Sifat Mustahil Jahilan Allah merupakan Dzat yang Maha mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, termasuk isi hati maupun pikiran dari ciptaan-Nya. Inilah mengapa Allah disebut memiliki sifat wajib Aliman yang artinya mengetahui, dan Dia mustahil bersifat Jahilan yang artinya Sifat Wajib Hayyan, Sifat Mustahil Mayitan Allah itu adalah Dzat yang hidup. Dia tidak pernah mati, tidak pernah tidur, lengah maupun segala hal yang menjadi kebiasaan ciptaan-Nya. Inilah yang dimaksudkan dengan sifat wajib bagi Allah Hayyan yang artinya adalah hidup. Dan Dia mustahil memiliki sifat mayitan yang artinya dalam keadaan mati.
Seandainyaallah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah hal yang mustahil, sebab hal itu akan berakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah merupakan hal yang mustahi, karena tidak akan
Al– Quran adalah sebagai bukti bahwa Allah SWT bersifat? Sama; Qudrat; Kalam; Iradat; Kunci jawabannya adalah: C. Kalam. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, al – quran adalah sebagai bukti bahwa allah swt bersifat kalam.
nAOF. xrmr69anmq.pages.dev/170xrmr69anmq.pages.dev/295xrmr69anmq.pages.dev/476xrmr69anmq.pages.dev/207xrmr69anmq.pages.dev/49xrmr69anmq.pages.dev/470xrmr69anmq.pages.dev/360xrmr69anmq.pages.dev/405
allah swt bersifat kalam dan mustahil bersifat